Mijil
Dedalane guno lawan sekti
kudu andhap asor
Wani ngalah dhuwur wekasane
Tumungkula yen dipun dukani
Bapang den simpangi
ono catur mungkur
Makna moral yang disampaikan dalam bait lagu tersebut, menurut narasumber
adalah sebagai berikut, sebagai studi karakteristik Jawa, adalah sebagai
berikut,
- Dedalane guno lawan sekti. Dibuka dengan sebuah kalimat
yang mengabarkan tentang jalan agar seseorang bisa menjadi bermanfaat dan
sakti. Pemaknaan tersebut adalah sebuah pengingat kita sebagai manusia,
bahwa tujuan hidup bisa dilihat dari dua perspektif yaitu mempersiapkan
bekal setelah mati (karena manusia pasti mati), dan melakukan sesuatu agar
kesempatan kita hidup di dunia ini, menjadi sebuah kehidupan yang bermakna
dan memberi manfaat bagi kehidupan. Sakti bisa ditafsirkan tentang
gambaran sebuah pengetahuan dan ketrampilan seseorang. Bait ini bisa
diterjemahkan secara jalan agar kita bermanfaat di dunia ini dengan
memiliki kapasitas yang kita miliki. Seorang islam harus memiliki ilmu
sebagai bagian dari ibadah kepada Allah SWT. Karena kalau iman saja,
kemudian tanpa ilmu, maka itu tidak berguna. Maka harus berilmu dulu,
beriman, lalu yang selanjutnya adalah aplikasi dalam bentuk amal.
- Kudu andhap asor. Yang berarti harus bisa
menempatkan diri sehingga kita bisa selalu menghargai orang lain. Andhap
asor artinya ‘dibawah’. Bukan dilihat sebagai kita berada dibawah, tapi
dilihat sebagai kita menempatkan orang lain selalu lebih tinggi dari kita,
selalu kita hargai, selalu kita hormati, tidak peduli apakah dia pejabat
atau bukan pejabat, orang pandai atau tidak, kita tetap harus
menghargainya sebagai sesama manusia. Dan menariknya, kalimat ini menjadi
bait kedua setelah kalimat pembuka. Seolah memberi penekanan mengenai awal
pertama kali seseorang harus mampu untuk ‘tahu diri’, sehingga bisa
‘menempatkan diri’. Untuk kemudian mampu ‘membawa diri’ kita pada tujuan
kita sebagai manusia. Ini adalah tata nilai dalam islam, memiliki akhlak
yang baik, atau disebut dengan akhlaqul karimah.
- Wani ngalah dhuwur wekasane. Adalah bait ketiga, mmeiliki
makna ketika kita diminta untuk mengalah justru membutuhkan keberanian.
Biasanya orang berbicara agar seseorang harus berani agar menang. Tapi ini
tidak, justru kita harus berani mengalah. Dalam islam sendiri kita sangat
paham bahwa musuh paling besar seorang manusia adalah dirinya sendiri,
egonya sendiri. ‘Mengalah’ bukan berarti kita kalah terhadap orang lain,
‘mengalah’ adalah ketika kita bisa menang atas diri kita sendiri. Sehingga
benar juga kata orang-orang itu, bahwa untuk menang harus berani. Tapi
yang dimaksud dalam kalimat tersebut adalah menang terhadap diri kita
sendiri, kita memiliki kendali terhadap diri kita sendiri. Kita mampu
memimpin diri kita sendiri. Itulah arti ‘mengalah’, dan hal tersebut
memang butuh keberanian. Meiliki sikap mengalah akan meningkatkan derajat
kita sebagai seorang muslim dimata Allah Ta’ala.
- Tumungkula yen dipun dukani. Secara harfiah bait ini
berarti ‘jangan membantah bila kita dimarahi’. Kita melihat ‘dimarahi’
bisa berarti oleh orang lain, tapi juga bisa oleh ‘kehidupan’, oleh
‘alam’, dan diujung perenungan itu bisa ‘oleh’ Sang Pencipta. Sebuah
bencana, kecil atau besar, menimpa diri pribadi atau suatu umat, adalah
juga saat kita ‘dimarahi’. Kita menemui kegagalan. Dan ‘tumungkul’ berarti
‘jangan membantah’. Yang bisa diartikan bahwa saat ‘dimarahi’ sebaiknya
‘tidak membantah’, tidak melawan, tidak putus asa, pantang menyerah, dan
juga tidak saling menyalahkan. ‘Tidak membantah’ juga diartikan sebagai
diam, mau untuk merenung, mau untuk belajar. Sebagai seorang muslim,
menjadi generasi pembelajar sejati ini menjadi satu hal yang wajib
dilakukan. Bahasa kerennya adalah ‘Tarbiyah madal hayah’.
- Bapang den simpangi. Bapang adalah nama sebuah
gubahan tarian yang bisa dikonotasikan sebagai bentuk ‘hura-hura’. Bait
ini bisa diartikan agar orang sebaiknya menghindari hal-hal yang berifat
‘hura-hura’. Lebih jauh lagi dimaknai sebagai hal-hal yang hanya ada
dipermukaan. Karena konotasi ‘bapang’ bisa diperluas kepada hal-hal yang
hanya tampak indah dipermukaan tapi dalamnya rapuh. Mungkin ini bisa
dijabarkan kepada sikap-sikap pargmatis, yang menuhankan eksistensi dan
pencitraan diri semata, sifat suka dipuji, senang kalau orang lain
mengagung-agungkan kita. Hal itulah yang sebaiknya dihindari. Nah, inilah
yang dalam Islam disebutkan dengan memiliki sikap qonaah, sederhana, dan
tidak berlebih – lebihan.
- Ono catur mungkur. Bait terakhir ini memiliki
makna hafiah untuk mengindari pergunjingan. Pergunjingan biasanya selalu
berawal dari prasangka buruk. Kalimat ini adalah sebuah inspirasi,
alih-alih kita terlalu menanggapi prasangka buruk terhadap kita, sebaiknya
justru kita lebih fokus pada apa yang baik kita kerjaan, dalam rangka
memberi manfaat tadi. Terus berkarya dengan apa yang kita miliki, dengan
apa yang kita punya. Mungkin ini adalah seri otokritik untuk Indonesia
saat ini. Pertengkaran yang memang sebaiknya dihindari. Dalam islam,
bahkan hukumnya bergunjing, ghibah, itu diharamkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar